Telusur.news– Mayjen Farid Makruf yang baru dipromosikan menjadi Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) V/Brawijaya. Mayjen Farid yang menggantikan Pangdam Brawijaya sebelumnya, Mayor Jenderal Nurchahyanto yang ditarik ke Markas Besar TNI Angkatan Darat dalam rangka pensiun.
Farid merupakan abituren Akademi Militer (Akmil) tahun 1991 dari kecabangan infanteri. Berbagai jabatan di lingkungan TNI pernah ia emban. Salah satunya yakni Komandan Komando Resor Militer 132/Tadulako yang berada di bawah naungan Komando Daerah Militer XIII/Merdeka.
Saat mengemban jabatan di Korem 132/Tadulako, pria kelahiran Madura, 6 Juli 1969 itu berpangkat brigadir jenderal (brigjen) atau perwira tinggi bintang satu.
Di medan penugasan inilah, namanya mulai melambung dan dikenal publik. Hal ini tak lepas karena ia menjadi salah satu perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang dikenal sebagai pemburu sisa-sisa anggota Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) Poso.
Suatu cerita Farid Makruf yang masih berpangkat Brigjen saat itu pernah bertugas di Dusun Manggalapi, Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada Oktober 2021.
Di Dusun Manggalapi, perwira Kopassus itu bersama sejumlah prajurit menginap di salah satu rumah warga. Namun malam itu ada aktivitas agak berbeda di rumah tersebut. Ada beberapa lelaki yang masih berkumpul di bawah penerangan sinar lampu teplok.
Sambil menginap di Dusun Manggalapi, Farid bersama prajurit lainnya tengah menggelar patroli Operasi Madago Raya 2022 untuk mengejar sisa-sisa teroris Mujahiddin Indonesia Timur.
Brigjen TNI Farid Makruf yang ditemani Kepala Operasi Badan Intelijen Daerah Sulawesi Tengah, Kolonel Kavaleri Abdul Rahman sedang berbincang dengan Kepala Dusun dan sejumlah warga.
Rata-rata, mereka mengeluhkan tidak adanya aliran listrik di dusun mereka. Situasi inilah yang sering dimanfaatkan oleh para DPO teroris untuk bersembunyi dan melintas di wilayah tersebut.
Di jajaran kampung di pedalaman itu, sebanyak 54 Keluarga menetap di Dusun 2 Manggalapi, serta 62 Keluarga di Dusun 1 dan 48 keluarga di Dusun 3, Kawerewere, Desa Rejeki sangat berharap adanya penerangan listrik terutama di malam hari. Itu selain untuk kebutuhan rumah mereka, keamanan mereka juga sangat rawan di tengah kegelapan panjang tersebut.
Bila malam tiba, warga hanya berdiam di rumah atau lebih memilih cepat lelap. Sebab tak ada penerangan listrik. Tak ada pula televisi sebagai hiburan, serta anak-anak sekolah tidak bisa belajar karena tidak ada penerangan.
Mantan Kepala Penerangan Kopassus itu prihatin dengan daerah yang sebenarnya tak terlalu jauh dari desa-desa induk yang sudah maju tak punya penerangan listrik. Semalaman itu menjadi bahan pikirannya.
Esok harinya mereka melanjutkan patroli ke arah Dusun Kawerewere. Di dekat Pos Sekat Kawerewere, Brigjen TNI Farid Makruf diperkenalkan oleh Kol Kav Abdul Rahman dengan warga setempat bernama Sudirman, seorang insinyur. Saat itu, ia sedang bekerja di bengkel motornya. Ternyata Sudirman paham teknik mesin, pembuatan senjata, metalurgi dan mesin listrik.
Di depan rumah sekaligus bengkelnya itulah dia membangun pembangkit listrik yang digerakkan turbin air. Listrik yang dihasilkannya dari pembangkit itu digunakkannya untuk untuk bengkel dan penerangan di rumahnya.
Kedua perwira abituren Akademi Militer 1991 itu, kemudian menggali pengalaman dan pengetahuan Sudirman. Kemudian diputuskanlah bagaimana untuk membuat pembangkit listrik tenaga air mikro itu bagi para pemukim di Kawerewere dan Manggalapi.
Setelah kembali ke Korem, Farid Makruf dan staf kemudian merencanakan pembuatan pembangkit listrik itu dan memasukkannya sebagai program unggulan. Mereka kemudian melaporkannya ke staf teritorial Markas Besar TNI Angkatan Darat untuk mendapatkan persetujuan dan dukungan dana.
Selama proses perencanaan berjalan, Farid Makruf berpindah tugas. Tapi mengingat langkah awal sudah dimulai, ia tetap membantu proses perencanaan sampai tahapan pekerjaan selanjutnya dimulai.
Saat ditanya alasannya mengapa dia ingin sekali ada penerangan listrik di wilayah perlintasan DPO Teroris MIT itu, Farid menjawab, “Saya hanya berpikir bagaimana caranya agar warga Kawerewere dan Manggalapi bisa menikmati listrik seperti juga dusun-dusun atau desa-desa lain di wilayah Palolo. Saya saat itu meminta Kepala Seksi Perencanaan Korem 132/Tadulako saat itu, Kolonel Kav. Wahyudi membuat perencanaan bagaimana agar model pembangkit listrik tenaga air yang sudah dibuat oleh Pak Sudirman bisa diduplikasi sehingga mampu melayani lebih banyak warga.”
Pembangkit listrik tenaga air ini dipilih, karena pemenuhan energi listrik dengan biaya rendah, serta mudah dioperasikan dan dirawat. Selain itu, pembangkit listrik tenaga air juga ramah lingkungan karena tidak memerlukan bahan bakar minyak.
Sementara Kepala Desa Rejeki, Dedan Lampekui menceritkan soal listrik tenaga air mikro itu. Kisah dia, pada Oktober dan November 2021, saat Operasi Madago saat Operasi Madago Raya Farid Makruf sampai ke Dusun Kawerewere dalam rangkaian operasi memburu sisa-sisa kelompok Mujahiddin Indonesia Timur.
“Pak Farid Makruf melihat bahwa di Dusun Kawerewere tidak ada penerangan listrik. Warga memakai penerangan lampu minyak seadanya. Tentu Pak Farid iba pada kami. Pak Farid bilang Korem/132 akan membantu warga membangun 2 unit pembangkit listrik dan lain-lain,” ungkap Dedan.
Singkat kata, direncanakanlah untuk membuat dua unit pembangkit listik tenaga air mikro di Kawerewere. Bila di Manggalapi, 57 rumah dan 20 lampu jalan tenaga surya terpasang di Dusun di wilayah Desa Rejeki, maka pembangkit listrik tenaga air mikro jadi pilihan untuk Dusun Kawerewere.
Perencanaan dan pembiayaannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Korem 132/Tadulako. Setelahnya program ini pun segera dimulai.
Ini dimasukkan dalam program serbuan teritorial (serter) yang menjadi program rutin di lingkungan TNI Angkatan Darat. Program itu dinamai Lipu Sintuwu Maroso. Lipu berarti kampung atau wilayah, dan Sintuwu Maroso adalah slogan dalam Bahasa Bare’e Poso yang secara harafiah bermakna ‘dengan bersatu kita menjadi kuat’.
Realisasi dari perencanaan program ini kemudian dilanjutkan dan diselesaikan oleh Danrem penggantinya; Brigjen TNI Toto Nurwanto, yang mengerahkan semua daya untuk menyelesaikan proyek kemanusiaan tersebut. Berkat kerja keras anggota Korem dan dibantu masyarakat, selesailah pembuatan mesin listrik tersebut.
“Sejak masih menjabat Danrem 132/Tadulako sampai dengan Farid Makruf berpindah tugas menjadi Wakil Inspektur Jenderal TNI, di Jakarta proyek pembangkit listrik tenaga air mikro itu dikerjakan oleh Danrem penggantinya sampai bisa dinikmati masyarakat,” imbuh Dedan.
Mewakili masyarakat yang kini sudah tak lagi gelap gulita di malam hari, Dedan kemudian mengirimkan pesan via Whatsapp kepada Farid Makruf yang kini mendapat amanah menjadi Panglima Kodam V/Brawijaya.
“Selamat malam Pak. Mohon maaf mengganggu. Saya Kepala Desa Rejeki, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi dan seluruh warga Desa Rejeki baik yang berada di Dusun Kawerewere dan Dusun manggalapi, mengucapkan selamat dan sukses kepada bapak Mayjen atas jabatan baru sebagai Pangdam V/Brawijaya. Dan juga kami seluruh masyarakat Desa Rejeki mengucapkan Terimakasih yang tak terhingga kepada bapak atas program unggulan Korem 132/Tadulako yang sudah terlaksana dengan baik di desa kami, sehingga warga di desa kami sudah menikmati listrik tenaga air. Sekali lagi terimakasih banyak Pak. Hormat saya Kades Rejeki,” begitu isi pesan Whatsapp Dedan.
Untuk diketahui, Desa Rejeki memiliki 8 RT dan 3 dusun dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 415. Saat ini, dua unit pembangkit listrik tenaga air mikro itu mampu melayani 110 keluarga.
Kehadiran pembangkit listrik ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat. Malam tak lagi gelap gulita. Dan sudah ada warga Dusun Manggalapi yang berencana membeli televisi untuk hiburan sehari-hari.(**)
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.