Teringat sebuah petatah, “Jangan mencubit orang lain, jika anda dicubit masih merasa sakit”. Orang-orang terdahulu selalu berupaya untuk tidak menyakiti orang lain, oleh karenanya, sebelum bertindak mereka selalu mengukur pada diri mereka sendiri.
Sama halnya dengan anda, setidaknya kita mengetahui tentang tata cara bergaul yang baik dan benar terhadap orang lain dengan memanfaatkan ketajaman perasaan, jika sikap tersebut dirasa menyakiti perasaan seandainya menimpa anda, maka anda tak seharusnya melakukannya terhadap orang lain.
Di kehidupan ini, perasaan menjadi sesuatu yang central dalam melaksanakan segala sesuatu, perasaan menjadi pegangan yang dapat dijadikan pijakan setiap melangkah menuju masa depan.
Anda dapat membayangkan bagaimana sakitnya orang yang harus menanggung sesuatu perbuatan yang kasar dari anda, dan anda dapat merasakannyta sendiri dengan perasaan anda.
Saat anda melihat kondisi kehidupan orang-orang yang kurang beruntung, orang yang kelaparan, tidak punya tempat tinggal, dan sebagainya, jika anda mengukur dengan perasaan anda, dengan mencoba merasakan seandainya diri kita sebagai mereka, maka sesungguhnya hal tersebut adalah cara untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap orang lain. Jika anda peduli terhadap orang lain, maka orang lain dan tuhan akan peduli kepada anda.
Sebagaimana yang dikatakan Muchlish Amin, Merasakan apa yang orang lain rasakan amat sangat sulit, membutuhkan perenungan, petualangan perasaan yang intens, karena itu seorang yang hidup di dunia ini membutuhkan petualangan perasaan ke wilayah orang lain agar kepedulian pada orang lain semakin tajam”.
Adanya pembahasan ini (Memanusiakan Orang Lain), sehingga sangat peting bagi kita untuk menghargai perasaan orang lain. Dimana kita agar lebih peka terhadap perasaan orang lain.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.